Minyak goreng nampaknya sudah seperti kebutuhan pokok bagi kebanyakan orang. Banyaknya olahan makanan yang dibuat dengan cara digoreng, menjadikan minyak goreng selalu dicari di pasaran.
Biasanya minyak goreng dijual perkemasan, mulai dari 900 ml, 1 liter, 2 liter bahkan biasanya juga dikemas dalam jerigen 18 liter. Beda halnya jika di pasar tradisional, masih banyak penjual minyak goreng dalam drum kemudian di timbang sesuai permintaan pembeli.

Perbedaan dalam jenis minyak goreng tersebut ada pada kualitasnya. Di pasar tradisional penjual cenderung menggunakan minyak goreng lokal/curah yang kualitasnya dibawah minyak goreng kemasan.
Akan tetapi minyak goreng lokal dijual dengan harga yang lebih murah dibanding dengan harga minyak goreng kemasan isi ulang.
Harga minyak goreng kemasan isi ulang memang lebih mahal karena proses pembuatannya saja tidak sembarang. Untuk menghasilkan minyak goreng yang jernih diperlukan berkali-kali riset.

Sudah banyak jenis minyak goreng kemasan yang memiliki warna lebih cerah dan tidak kental. Bahkan beberapa merk minyak goreng kemasan mencobanya dengan diminum sekitar 5 ml karena karakternya yang sudah hampir menyerupai air.
Kebanyakan minyak goreng yang dijual terbuat dari kelapa sawit pilihan. Kelapa sawit banyak dihasilkan dari luar jawa seperti Sulawasi, Kalimantan dan Sumatera.
Kelapa sawit yang sudah masuk ke pabrik pembuatan minyak goreng akan disortir ukurannya. Setelah itu direbus dengan cara di uap selama 1.5 jam. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah proses pres dan perontokan buah kelapa sawit.

Kemudian kelapa sawit akan memasuki mesin therser untuk dipisahkan dari batang dan brondongnya. Sehingga kelapa sawit sudah terkelupas dan siap untuk di press.
Sebelum melalui proses pemerasan, biji buah kelapa sawit dipisahkan terlebih dahulu dari buahnya menggunakan tekanan uap. Baru setelah itu di press menggunakan mesin untuk diambil minyaknya.
Minyak pertama kali hasil pemerasan tersebut masih bercampur dengan ampas kelapa sawit. Proses penyaringan dilakukan bertahap, mulai dari memisahkan ampas dengan minyak, kemudian memisahkan minyak dengan air.

Apabila minyak sudah bersih dari bahan-bahan lain yang tidak dibutuhkan, minyak akan melewati proses pemurnian. Proses pemurnian minyak bertujuan untuk menghilangkan kadar air dalam minyak sampai di bawah batas toleransi yang telah ditetapkan.
Mesin yang digunakan untuk proses pemurnian biasa disebut vacum drier. Setelah itu minyak akan masuk ke tanki penyimpanan untuk segera dikemas.

Sebenarnya untuk memilih minyak goreng bukan dari warna minyak goreng tersebut tetapi dari tingkat kejernihan minyak goreng dan tidak tercium bau tengik.
Meski sampai sekarang masih menjadi perdebatan minyak goreng sawit memiliki kadar lemak jenuh yang tinggi dan berbahaya bagi kesehatan akan tetapi di tahun 2016 sudah dilakukan penelitian oleh Giriwono dari SEAFAST ITB.
Terbukti bahwa kandungan asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh seimbang. Sehingga akan menghasilkan minyak yang lebih stabil tidak mudah tengik, tidak memicu kanker dan radikal bebas.

Biasanya minyak dengan kadar lemak jenuh yang rendah dijual dengan harga yang lebih mahal. Karena memang prosesnya sendiri yang lebih teliti.
Perlu diingat penggunaan minyak goreng tetap saja harus sesuai batas konsumsi harian agar tidak berlebihan dan menimbulkan penumpukan lemak jenuh di dalam tubuh atau yang biasa disebut dengan kolestrol
Daftar Harga Minyak Goreng
Merek Minyak Goreng | Harga/liter |
---|---|
Minyak Goreng Filma | Rp 11.000 |
Minyak Goreng Tropical | Rp 11.300 |
Minyak Goreng Sunco | Rp 12.500 |
Minyak Goreng Sania | Rp 14.500 |
Minyak Goreng Bimoli | Rp 11.800 |
Baca Juga: Harga Gula Pasir
Jika diambil rata-rata harga minyak goreng setiap daerah, untuk harga minyak goreng kemasan kualitas 1 sekitar Rp 12.450, kualitas 2 Rp 11.800 dan harga minyak goreng curah/lokal Rp 9.700.
Harga tersebut tentu dapat berubah-ubah setiap waktu tergantung ketersidaan bahan dasar pembuat minyak dan tinggi rendahnya permintaan dari konsumen.